Usaha Kuliner Offline di Tengah Gempuran Aplikasi Antar Makanan

 

Source : Detiktravel.com

Bogor, Jawa Barat – Usaha kuliner tradisional di Bogor terus menunjukkan ketahanan dan inovasi di tengah pesatnya digitalisasi serta gempuran aplikasi pesan antar makanan. Meski semakin banyak konsumen yang memilih memesan makanan melalui aplikasi seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood, pelaku usaha kuliner tradisional di Bogor tetap mempertahankan keunggulan melalui kualitas rasa, pengalaman bersantap, dan kearifan lokal. Data terbaru dari tahun 2023 hingga 2025 menunjukkan bahwa meskipun omzet beberapa usaha offline mengalami tekanan, inovasi dan adaptasi hybrid berhasil meningkatkan loyalitas pelanggan dan menarik segmen pasar yang lebih luas.


Keunggulan Usaha Kuliner Tradisional Bogor

Bogor dikenal dengan kelezatan kulinernya yang khas, mulai dari soto mie Bogor hingga asinan, toge goreng, dan rujak. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2023;EN.WIKIPEDIA.ORG) 

serta laporan “Bogor Dalam Angka 2023” (BPS Bogor, 2023), Bogor memiliki dua pusat kuliner utama, yaitu area sekitar alun-alun dan kawasan Suryakencana. Kawasan tersebut tidak hanya menjadi pusat aktivitas sosial, tetapi juga menyimpan warisan budaya kuliner yang kaya sejak era kolonial.


Data dan Perkembangan Usaha Kuliner (2023–2025)

Laporan terbaru dari BPS Bogor menyebutkan bahwa jumlah unit UMKM di bidang kuliner di Kota Bogor terus mengalami peningkatan, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8–10% per tahun selama periode 2023–2025. Selain itu, survei dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2024) menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bogor meningkat 12% dari tahun 2023 ke 2025, yang memberikan peluang besar bagi usaha kuliner tradisional untuk menarik konsumen lokal dan mancanegara.


Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Sari Dewi di Bogor Utara (2023) mengungkapkan bahwa usaha kuliner tradisional yang memadukan strategi pemasaran offline dengan promosi digital mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan omzet meskipun tekanan dari aplikasi pesan antar. Data menunjukkan bahwa usaha yang menerapkan inovasi hybrid mencatat peningkatan omzet hingga 5–8% dibandingkan dengan usaha yang masih murni offline (Aprilia Sari Dewi, 2023; EPRINTS.UNPAK.AC.ID).


Strategi Adaptasi Pelaku Usaha di Bogor

Beberapa pelaku usaha kuliner di Bogor telah mengimplementasikan strategi untuk menghadapi era digital, antara lain:


Inovasi Menu dan Pelayanan:

Restoran-restoran di Bogor terus mengembangkan menu dengan sentuhan modern namun tetap mempertahankan keaslian resep tradisional. Hal ini terbukti dari feedback positif di media sosial dan survei pelanggan tahun 2024 (Kemenparekraf, 2024).


Pengalaman Bersantap:

Usaha kuliner tradisional mengandalkan keunggulan pengalaman makan di tempat yang menawarkan suasana khas. Banyak pelanggan menyatakan bahwa interaksi langsung dan nuansa lokal tidak dapat digantikan oleh layanan digital (BPS Bogor, 2023).


Pendekatan Hybrid:

Pelaku usaha memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi tambahan tanpa meninggalkan operasional offline. Inovasi ini memungkinkan mereka menjangkau pasar yang lebih luas, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z, yang aktif di platform digital (Kemenparekraf, 2024).


Potensi Pasar dan Tantangan

Data terbaru menunjukkan bahwa Bogor sebagai destinasi wisata terus mengalami peningkatan kunjungan wisatawan. Laporan “Bogor Dalam Angka 2023” mencatat kenaikan wisatawan sebesar 12% dari tahun sebelumnya. Namun, digitalisasi juga membawa tantangan; sebagian usaha offline melaporkan penurunan omzet sekitar 15–25% jika tidak mengadaptasi strategi pemasaran digital.


Meski demikian, inovasi hybrid terbukti efektif. Penelitian di Bogor Utara (2023) mencatat bahwa usaha yang mengintegrasikan promosi online dengan pelayanan tradisional mampu mencatat peningkatan loyalitas pelanggan dan omzet yang stabil (Aprilia Sari Dewi, 2023).


Kesimpulan

Data dan sumber dari tahun 2023 hingga 2025 menunjukkan bahwa usaha kuliner tradisional di Bogor memiliki potensi besar meskipun menghadapi tekanan dari aplikasi pesan antar makanan. Keunggulan dalam kualitas rasa, pengalaman bersantap, dan adaptasi strategi hybrid menjadi kunci keberhasilan usaha offline untuk tetap relevan. Dukungan dari pemerintah dan lembaga UMKM juga penting untuk menyediakan pelatihan digital agar usaha tradisional dapat berinovasi.


Saran

Bagi Pelaku Usaha Kuliner:

Tingkatkan inovasi menu dan pelayanan dengan mengintegrasikan promosi digital, sambil tetap mempertahankan keaslian rasa dan pengalaman bersantap yang khas.


Bagi Pemerintah dan Lembaga Pendukung UMKM:

Sediakan program pelatihan digital dan pendampingan untuk membantu usaha kuliner tradisional beradaptasi dengan era digital tanpa mengorbankan identitas lokal.


Untuk Penelitian Selanjutnya:

Lakukan studi longitudinal yang mengamati perkembangan usaha kuliner tradisional di Bogor selama periode 2023 hingga 2025, guna menggali lebih dalam dampak digitalisasi terhadap loyalitas pelanggan dan pertumbuhan omzet.


Sumber Rujukan:


Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Bogor Dalam Angka 2023. (2023; EN.WIKIPEDIA.ORG)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Laporan Kuliner Bogor 2024. (2024)

Aprilia Sari Dewi. Analisa Pemanfaatan Aplikasi GoFood bagi Pendapatan UMKM di Kota Bogor (Studi Kasus di Kec. Bogor Utara). (2023;  EPRINTS.UNPAK.AC.ID )

“10 Tempat Berbuka Puasa Terenak di Bogor Tahun 2024”. Torch. (2024; TORCH.ID)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dinamika Parkir Liar di Area Kuliner Surya Kencana

Pasar Takjil Jalan Bangbarung Bogor Ramaikan Ramadan

Puncak Bogor Menemukan Cerita di Balik Setiap Hidangan